Dari post sebelumnya:
Gue, Dara, dan Dana terbang ke Makassar dan langsung pergi ke Tana Toraja. Kami bermalam di rumah teman gue, Anggi, yang asli orang Toraja.
Pagi ini, jadwal kami adalah keliling di tempat wisata sekitar Tana Toraja. Dulu daerah Toraja termasuk dalam satu Kabupaten Tana Toraja, namun belakangan ini terbagi menjadi dua, yaitu Kabupaten Tana Toraja (ibukota Malake) dan Kabupaten Toraja Utara (ibukota Rantepao). Rumah Anggi sendiri terletak di Makale. Menurut keluarganya, pemecahan daerah ini terjadi karena masyarakat daerah Toraja Utara tidak pernah menjadi pemimpin daerah Tana Toraja.
Tana Toraja terletak di daerah pegunungan yang hawanya sejuk dan airnya dingin. Mandi pagi di sana rasanya udah kayak mandi di kampung halaman yang rasanya segeeerrrr. Kotanya kecil, pusat kotanya berupa sebuah kolam besar dengan patung pahlawan lokal Lakipadada. Di sekitarnya terletak bangunan-bangunan penting, seperti gereja kristen dan katolik, taman olahraga, gedung DPRD, rumah dinas pejabat daerah, kantor dinas pariwisata, satu-satunya universitas di Tana Toraja: Universitas Kristen Indonesia, serta sekolah-sekolah.
 |
Panorama: Pusat Tana Toraja (kiri-kanan: gedung DPRD, gereja katolik, lapangan olahraga, UKI, patung Lakipadada) |
 |
Pusat Tana-Toraja (kiri-kanan: gereja kristen, gedung DPRD, patung Lakipadada, gereja katolik) |
Untuk jalan-jalan hari ini, kami
menyewa mobil angkutan umum Makale-Rantepao dengan harga 300ribu, sudah termasuk bensin. Awalnya gue gak menduga kalo mobil yang kami pakai adalah angkutan umum, karena bentuknya seperti mobil Avanza biasa. Ternyata memang di daerah sini angkutan umumnya berupa mobil biasa ber-plat kuning. Berhubung di antara kami nggak ada yang bisa nyetir mobil, om-nya Anggi berbaik hati mau mengantar kami berkeliling <3
Jadiiiii, mungkin kita sudah sering dengar kalo Toraja memiliki suatu budaya yang khas, yaitu upacara kematian yang mewah. Upacara ini sendiri menjadi daya tarik khusus bagi turis yang mengunjungi Toraja. Pada bulan-bulan Juni dan Desember, banyak warga mengadakan upacara kematian bagi keluarganya dan Toraja ramai oleh pengunjung. Sayang sekali kami tidak datang pada periode tersebut hoohohoho. Tapi agak ngeri juga siihhh, soalnya banyak adegan tebas-leher-kerbau di acara itu. Jadi gue agak-agak bersyukur nggak harus ngeliatnya.
Tapiii, masih ada lagi wisata khas yang bisa didatangi meskipun bukan di bulan upacara, yaitu wisata pemakaman. Ini terjadi karena masyarakat Toraja memiliki budaya untuk meletakkan jenazah di tebing batu atau gue, yang dikenal dengan kuburan batu. Kami bertiga sudah mencari tiga situs pemakaman terkenal di daerah ini untuk dikunjungi. Letak ketiganya berdekatan dan satu arah menuju Rantepao.
Tujuan pertama dan yang paling dekat, hanya sekitar 20 menit dari pusat Makale adalah Rante Lemo. Harga tiket masuk untuk wisatawan lokal adalah 10 ribu per orang. Saat pertama kali datang, kami disuguhi pemandangan tiga rumah adat Toraja, Tongkonan yang sepertinya berumur cukup tua. Pada umumnya bangunan berbentuk Tongkonan yang baru memiliki atap dari seng. Atap Tongkonan di Lemo ini terbuat dari susunan bambu, sudah berlumut dan ditumbuhi pakis.
 |
Tongkonan di Rante Lemo |
Pada dasarnya Lemo merupakan suatu desa yang terletak di dataran dengan sebuah bukit batu. Tujuan utama kami adalah kuburan batu tempat peristirahatan terakhir dari masyarakat sekitar.
Dekat dengan pintu masuk terlihat barisan toko oleh-oleh tradisional Toraja, sebagian besar berupa patung-patung, aksesoris, hiasan ukir, atau kain dengan corak tradisional. Kebanyakan dari barang yang dijual dibuat langsung oleh penduduk desa tersebut. Toko souvenir tersebut ada di sepanjang jalan kecil yang berakhir di tangga-tangga turun menuju area persawahan. Bukit batu tempat pemakaman yang dimaksud terletak di sebelah kanan hamparan sawah tersebut.
 |
Penduduk lokal membuat kalung manik-manik |
 |
Panorama: Rante Lemo |
 |
Komplek pemakaman Rante Lemo. Bangunan berbentuk Tongkonan merupakan keranda mayat. |
Gambar di atas menunjukkan komplek pemakaman Rante Lemo. Bangunan berbentuk Tongkonan yang terlihat di gambar merupakan keranda mayat, sedangkan kotak-kotak seperti jendela di latar belakang adalah kuburan yang dimaksud. Satu kotak merupakan satu komplek pemakaman untuk keluarga dekat. Kuburan di dinding bukit ini dipahat secara manual, dengan waktu pembuatan sekitar 3-4 bulan.
 |
Kuburan batu Rante Lemo |
 |
Kuburan batu Rante Lemo, tampak boneka-boneka yang menggambarkan orang-orang yang dimakamkan di sana. |
Pada gambar di atas terlihat boneka-boneka (dalam bahasa Toraja disebut Tau-tau yang berarti orang-orangan) yang menggambarkan orang yang dikubur di dalam. Peletakan Tau-tau di makam tidak dapat dilakukan sembarangan, melainkan hanya untuk orang yang merupakan keturunan bangsawan dan telah melakukan upacara pemakaman dengan memotong minimal 24 ekor kerbau. Bisa dibayangkan berapa uang yang harus keluar untuk menyelenggarakan upacara tersebut!
Pada dasarnya, upacara pemakaman harus tetap dilakukan dengan minimal memotong 5 ekor kerbau. Banyaknya kerbau yang dipotong tergantung keinginan orang yang meninggal atau kesepakatan pihak keluarga, dengan beban penyelenggaraan upacara ditanggung oleh keluarga yang ditinggal. Sampai upacara diadakan, jenazah tidak dapat diletakkan di pemakaman, melainkan disimpan di rumah yang bersangkutan. Beberapa keluarga bahkan dapat menunggu sampai 10 atau 20 tahun agar target kerbau untuk dipotong tercapai.
Meskipun begitu, Tau-tau juga dijual bebas sebagai suvenir. Tau-tau untuk makam biasa terbuat dari kayu nangka, sedangkan untuk suvenir terbuat dari kayu cempaka. Semua Tau-tau menggambarkan orang yang sudah tua, bahkan untuk yang dijual sebagai suvenir.
 |
Tau-tau untuk suvenir |
 |
Tau-tau untuk suvenir |
 |
Tau-tau untuk suvenir |
 |
Kalung manik-manik sebagai suvenir |
 |
Perisai perang yang terbuat dari tulang sebagai suvenir |
 |
Kerbau, hewan yang sangat dekat dengan kebudayaan Toraja |
Dua tempat wisata yang kami datangi selanjutnya adalah Londa, di mana masyarakat meletakkan jenazah di dalam gua, serta Ke'te'kesu', tempat Tongkonan-tongkonan tertua di Toraja berada.
No comments:
Post a Comment