Tanggal 25-28 September kemaren gue berkesempatan untuk main-main ke Makassar sama dua orang adek gue, Dara dan Dana. Perjalanan ini sebenernya agak sedikit nekat, karena awalnya kami cuma tergoda tiket murah AirAs*a, seorang bolak-balik Jakarta-Makassar 300ribu rupiah hehehhhee. Setelah tiket dibeli kami baru mulai mencari-cari obyek wisata mana yang akan didatangi.
Kebetulan sekaliiiii, my sister Dara orangnya sangat impulsif dan dia tergoda sama temennya yang baru pulang backpack dari Toraja, ngajakin kami untuk main ke Toraja aja, nggak di Makassar. Awalnya gue setuju-setuju aja, soalnya gue pikir Toraja itu masih deket Makassar hahahha. Ternyata jauh yaaa, dari Makassar sendiri masih perlu naik bis ke Toraja selama sekitar 9 jam, yang kira-kira sama seperti terbang dari Medan ke Jakarta, trus lanjut naik bis ke Jogja. Agak berasa bego sih kalo mau nurutin gitu. Tapi setelah dipikir-pikir ke Toraja memang gak ada penerbangan yang langsung dari Jakarta, jadi kami setuju lah untuk mampir ke Toraja. Dan lagiii, temen kantor gue Anggi ternyata orang asli Toraja dan ada rumah di sana, jadi kami ditawarin untuk menginap di rumahnya saja hihihi.
Jadi rundownnya begini:
Day 1, 25 September: sampai di Makassar jam 10 pagi, lanjut ke tempat pembelian tiket bis, ambil bis siang, sampai di Toraja menjelang tengah malam, nginep.
Day 2, 26 September: jalan-jalan di Toraja ampe tamat, pulang pakai bis malam ke Makassar.
Day 3, 27 September: subuh sampai di Makassar, luntang-lantung di Pantai Losari, cari makan, cek in hotel tengah hari, lanjot jalan di Makassar.
Day 4, 28 September: Subuh terbang balik ke Jakarta.
Nah, itu planning yaaa, pelaksanaannya ternyata gak segampang perencanaannya hehehhee, terutama karena konflik internal si anu maunya itu si inu maunya ini.
Jadi, hari pertama kami sampai di Makassar jam 10 pagi (WITA) dengan penerbangan jam 7 pagi (WIB) dari Jakarta. Bandara Hasanuddin Makassar itu cakep yaa ternyata desainnya futuristik gitu hahaha, masih dalam tahap renovasi sih, tapi bentuknya mirip-mirip SHIA terminal 3. Sampe karpet sama bangku ruang tunggunya juga mirip, jadi memang sepertinya ada dalam satu proyek. Ini nggak sama kayak beberapa bandara lainnya yang rata-rata didesain dengan tema tropis dan hiasan batu bata.
Nahh, dari bandara kami memutuskan lansung ke perwakilan bis untuk beli tiket ke Toraja malamnya. Dari Makassar banyak sekali armada bis tujuan Toraja, biasanya juga melayani perjalanan ke daerah lain di bagian utara Sulawesi Selatan, seperti Majene dan Palopo. Anggi nyaranin untuk naik bis 'Bintang Prima', bisnya nyaman komplit pake selimut, bantal, dan tatakan kaki. Dara yang dapat referensi dari temennya menyarankan naik bis 'Litha & Co.', banyak website juga menyarankan naik itu, jadi setelah sedikit ngotot-ngototan kami memutuskan berangkat naik Litha.
Dari bandara ke perwakilan Litha perlu waktu sekitar 20 menit, kami naik bis bandara Damri dengan tarif 25ribu seorang. Sebenarnya kami bisa memilih taksi, tapi disarankan yang merek 'Bosowa' (pasang argo, tarifnya sekitar 30ribu) karena taksi lainnya kebanyakan pasang tarif fix minimal 80ribu. Berhubung waktu itu tidak ada taksi Bosowa, kami pilih naik Damri.
Kami sampai sekitar jam setengah 12 di perwakilan Litha, yang terletak di jalan poros utama menuju kota Makassar. Untuk ke Toraja, tarifnya dipatok 120ribu per orang dengan beberapa jam keberangkatan dari subuh sampai jam 10 malam. Berhubung bis kami berangkat jam 1, kami memutuskan untuk mencari makan di dekat-dekat perwakilan dan ituuuuuuuuu cuma ada indomie :'(
Agak miris gitu deh dateng jauh-jauh ke tempat kuliner Makassar makannya teteup indomie.
Kebetulan sekaliiiii, my sister Dara orangnya sangat impulsif dan dia tergoda sama temennya yang baru pulang backpack dari Toraja, ngajakin kami untuk main ke Toraja aja, nggak di Makassar. Awalnya gue setuju-setuju aja, soalnya gue pikir Toraja itu masih deket Makassar hahahha. Ternyata jauh yaaa, dari Makassar sendiri masih perlu naik bis ke Toraja selama sekitar 9 jam, yang kira-kira sama seperti terbang dari Medan ke Jakarta, trus lanjut naik bis ke Jogja. Agak berasa bego sih kalo mau nurutin gitu. Tapi setelah dipikir-pikir ke Toraja memang gak ada penerbangan yang langsung dari Jakarta, jadi kami setuju lah untuk mampir ke Toraja. Dan lagiii, temen kantor gue Anggi ternyata orang asli Toraja dan ada rumah di sana, jadi kami ditawarin untuk menginap di rumahnya saja hihihi.
Jadi rundownnya begini:
Day 1, 25 September: sampai di Makassar jam 10 pagi, lanjut ke tempat pembelian tiket bis, ambil bis siang, sampai di Toraja menjelang tengah malam, nginep.
Day 2, 26 September: jalan-jalan di Toraja ampe tamat, pulang pakai bis malam ke Makassar.
Day 3, 27 September: subuh sampai di Makassar, luntang-lantung di Pantai Losari, cari makan, cek in hotel tengah hari, lanjot jalan di Makassar.
Day 4, 28 September: Subuh terbang balik ke Jakarta.
Nah, itu planning yaaa, pelaksanaannya ternyata gak segampang perencanaannya hehehhee, terutama karena konflik internal si anu maunya itu si inu maunya ini.
Jadi, hari pertama kami sampai di Makassar jam 10 pagi (WITA) dengan penerbangan jam 7 pagi (WIB) dari Jakarta. Bandara Hasanuddin Makassar itu cakep yaa ternyata desainnya futuristik gitu hahaha, masih dalam tahap renovasi sih, tapi bentuknya mirip-mirip SHIA terminal 3. Sampe karpet sama bangku ruang tunggunya juga mirip, jadi memang sepertinya ada dalam satu proyek. Ini nggak sama kayak beberapa bandara lainnya yang rata-rata didesain dengan tema tropis dan hiasan batu bata.
Nahh, dari bandara kami memutuskan lansung ke perwakilan bis untuk beli tiket ke Toraja malamnya. Dari Makassar banyak sekali armada bis tujuan Toraja, biasanya juga melayani perjalanan ke daerah lain di bagian utara Sulawesi Selatan, seperti Majene dan Palopo. Anggi nyaranin untuk naik bis 'Bintang Prima', bisnya nyaman komplit pake selimut, bantal, dan tatakan kaki. Dara yang dapat referensi dari temennya menyarankan naik bis 'Litha & Co.', banyak website juga menyarankan naik itu, jadi setelah sedikit ngotot-ngototan kami memutuskan berangkat naik Litha.
Dari bandara ke perwakilan Litha perlu waktu sekitar 20 menit, kami naik bis bandara Damri dengan tarif 25ribu seorang. Sebenarnya kami bisa memilih taksi, tapi disarankan yang merek 'Bosowa' (pasang argo, tarifnya sekitar 30ribu) karena taksi lainnya kebanyakan pasang tarif fix minimal 80ribu. Berhubung waktu itu tidak ada taksi Bosowa, kami pilih naik Damri.
Kami sampai sekitar jam setengah 12 di perwakilan Litha, yang terletak di jalan poros utama menuju kota Makassar. Untuk ke Toraja, tarifnya dipatok 120ribu per orang dengan beberapa jam keberangkatan dari subuh sampai jam 10 malam. Berhubung bis kami berangkat jam 1, kami memutuskan untuk mencari makan di dekat-dekat perwakilan dan ituuuuuuuuu cuma ada indomie :'(
Agak miris gitu deh dateng jauh-jauh ke tempat kuliner Makassar makannya teteup indomie.
![]() |
Bis Litha yang akan membawa kami ke Toraja <3 |
Bisnya berangkat tepat waktu jam 1 siang, mampir cari penumpang dulu di terminal bis antarkota, Terminal Daya. Daaan, kalo diperhatikan bis ini memang sepertinya sudah tua. Banyak tuas tempat duduk yang hilang, jadi sandaran tidak bisa dimaju-mundurkan, membuat perjalanan panjang ini agak kurang nyaman. Ada juga kursi-kursi yang bolong dan hampir copot dari tempatnya dan agak creepy. Beruntung bisnya tidak terlalu penuh, jadi kami bisa pindah tempat duduk sesuka kami. Belakangan kata Anggi, bis ini memang dulu paling rame ke Toraja, tapi sekarang sudah banyak armada lain. Bahkan Anggi bilang kami beruntung karena bisnya nggak mogok di tengah jalan hahahaha.
Jadii, perjalanan panjang darat ini dimulai <3 dan kami tidak menyesal mengambil perjalanan siang karena pemandangannya indaaahhhh. Daerah Sulawesi Selatan ini punya banyak pantai dan tanahnya kering, terbuat dari baru kapur. Kalo katanya Dara sih, Sulawesi ini dulunya terendam laut, makanya batuannya dari kapur dan formasinya berupa karst. Berhubung gue juga gak terlalu ngerti itu apaan, dan buat yang lain yang gak ngerti, mari belajar bersama-sama lewat link ini Karst - Wikipedia.
Sangat disayangkan hape gue antara idup dan mati, jadi sepanjang jalan gue pilih matiin, daripada pas nanti malem-malem di jalanan gak bisa hubungin siapa-siapa kalo terdesak. Akibatnya cuma sedikit gambar yang gue ambil di sini :3
![]() |
Antara Makassar- Toraja |
Dalam perjalanan ini kami melewati beberapa kabupaten, antara lain Maros, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Barru, Parepare, yang semuanya di pinggir pantai, berlanjut ke Sidrap, Enrekang, lalu tujuan akhir kami, Toraja! Tiga kabupaten terakhir terletak di daerah pegunungan dengan jalan yang berkelak-kelok. Yang lebih ngeri, kami sampai di daerah tersebut menjelang maghrib dan ternyata tidak ada lampu di sepanjang jalan x_x
Gue sendiri memilih tidur daripada parno hohohhoo.
Sekitar jam 10 malam kami sampai di Toraja. Kalau di sana bis antar kota akan mengantar sampai tujuan, jadi kami langsung turun di gang depan rumah Anggi dan langsung menghubungi keluarganya, lanjut bermalam di sana. Karena terlalu capek kami tidak menyempatkan untuk makan dan memilih untuk langsung istirahat sambil merencanakan perjalanan besok. Sooooo, berakhir sudah hari pertama ini. Bubyeeeeeee.
akhirnya post pertama keluar jugaaaa
ReplyDeletepecah telornyaa!!! hahaha